Friday, March 27, 2009

Masalah Bid'ah

Pembahasan Bid'ah

Pertama Marilah kita terlebih dahulu mendefinisikan kata bid'ah, karna jika dilihat dari pemahaman yang menyebar didalam masyarakat, maka akan kita dapati pemahaman yang bermacam-macam tentang bid'ah ini, oleh sebab itulah tak jarang karna pemahaman yg bermacam ini, maka menimbulkan perselisihan antara satu dengan yang lainnya, dan dalam hal ini penulis akan berusaha untuk objektif dalam menyaring segala pemahaman yang diketahui untuk menambah deretan pemahaman yang sudah bermacam2 tentang bid'ah ini

Definisi Bid'ah

Secara umum, bid'ah bermakna melawan ajaran asli suatu agama (artinya mencipta sesuatu yang baru dan disandarkan pada perkara agama/ibadah).

Para ulama salaf telah memberikan beberapa definisi bidah. Definisi-definisi ini memiliki lafadl-lafadlnya berbeda-beda namun sebenarnya memiliki kandungan makna yang sama.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah,Bidah dalam agama adalah perkara yang dianggap wajib maupun sunnah namun yang Allah dan rasul-Nya tidak syariatkan. Adapun apa-apa yang Ia perintahkan baik perkara wajib maupun sunnah maka harus diketahui dengan dalil-dalil syariat.

Imam Syathibi, bid'ah dalam agama adalah Satu jalan dalam agama yang diciptakan menyamai syariat yang diniatkan dengan menempuhnya bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah.

Ibnu Rajab, Bidah adalah mengada-adakan suatu perkara yang tidak ada asalnya dalam syariat. Jika perkara-perkara baru tersebut bukan pada syariat maka bukanlah bidah, walaupun bisa dikatakan bidah secara bahasa

Imam as-Suyuthi, beliau berkata, Bidah adalah sebuah ungkapan tentang perbuatan yang menentang syariat dengan suatu perselisihan atau suatu perbuatan yang menyebabkan menambah dan mengurangi ajaran syariat.

Bid'ah secara lughowi (etimologi) berasal dari bahasa arab yang artinya Mengadakan perkara baru. dan yang dimaksud adalah berarti sebuah perbuatan yang tidak pernah diperintahkan maupun dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Berangkat dari Hadits Rasulullah SAW sebagai pedoman bagi setiap muslim, hadits tersebut berbunyi :

Dari Jabir bin 'Abdillah rodhiyallahu 'anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda dalam suatu khuthbahnya: "Ammaa ba'd, Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitaabullaah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dan sejelek-jelek perkara adalah perkara yang diada-adakan dan setiap bid'ah adalah sesat." (HR. Muslim no.867)

Kemudian disisi lain kita akan dapati pula hadits berikut ini :

Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa membuat buat hal baru yang baik dalam islam, maka baginya pahalanya dan pahala orang yang mengikutinya dan tak berkurang sedikitpun dari pahalanya, dan barangsiapa membuat-buat hal baru yang buruk dalam Islam, maka baginya dosanya dan dosa orang yang mengikutinya dan tak dikurangkan sedikitpun dari dosanya"(Shahih Muslim hadits no.1017, demikian pula diriwayatkan pada Shahih Ibn Khuzaimah, Sunan Baihaqi Alkubra, Sunan Addarimiy, Shahih Ibn Hibban)

Kedua hadits tersebut atau hadits yang semisal akan keduanya, adalah sama-sama sabda rasulullah SAW yang bisa dipertanggungjawabkan keshohihannya. Tetapi antara yang pertama dan yang kedua akan kita temukan kesamaan dan perbedaan sedikit yang perlu penjelasan dengan gamlang, persamaannya adalah dalam hal mengomentari perkara baru (bid'ah), di hadits pertama semua perkara baru adalah sesat, di hadits yang kedua "siapa yang membuat perkara baru dlm kebaikan berpahala".

Tentu kita tidak akan mengatakan bahwa Rasulullah tidak konsisten atau plinplan, (naudzubillah min dzalik) karna perkataan beliau seolah terlihat kontradiksi, sementara masih banyak lagi dalil-dalil, baik dari hadits maupun al-qur'an yang apabila kita memahami secara tekstual  (harfiah) dan tanpa diikut oleh penjelasan para ulama' maka akan kita dapati bahwa dalil-dalil tersebut bertentangan satu sama lain, oleh sebab itu kita membutuhkan ulama' untuk menjelaskan dalil2 tersebut itulah sebabnya ada kaidah al-aamul makhsus dll, dan itu pulalah yg dipercaya golongan yg ingin selamat, akan berusaha dan menyatakan dirinya sebagai mengikuti salafussholih dlm manhaj (pemahaman).

Imam syafi'ie membedakan bid'ah menjadi dua yaitu bid'ah hasanah (baik) dan bid'ah dholalah (sesat) sebagaimana perkataan beliau :

"Sesuatu yang diadakan (baru) dan bertentangan dengan kitab suci al Quran, sunnah rasul, ijma' para ulama, atau atsar (para shahabat), maka itulah bid'ah dholalah dan ini dilarang. Sedangkan suatu kebaikan yang tidak bertentangan sedikitpun dengan al Quran, sunnah, ijma' atau atsar maka yang demikian itu adalah terpuji.(Dr. Muhammad Ibn Alwy al Maliki, Dzikriyat wa nasabat, 109).

Mungkin inilah yg dimaksud dengan pemahaman salafussholih, Lalu bagaimana dengan perkataan hadits pertama? (semua hal yg baru adalah sesat)?

Maka difahami, jika hadits pertama tidak ada lagi pembahasan hadits lain yang menerangkan tentang perkara baru (bid'ah) maka akan jatuh hukum mutlak, bahwa semua perkara baru adalah sesat, namun dengan adanya hadits kedua yang mengatakan "berpahala bagi yg merintis perkara baru yang baik" maka menjadi penjelasan hadits pertama, hadits pertama bersifat umum, dan hadits kedua bersifat husus. sebagaimana pemahaman imam An-Nawawi (pengarang Shohih Muslim Bisyarah Nawawi)

Al Muhaddits Al Hafidh Al Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf Annawawiy rahimahullah (Imam Nawawi) Berkata:

"Penjelasan mengenai hadits : "Barangsiapa membuat buat hal baru yg baik dalam islam, maka baginya pahalanya dan pahala orang yg mengikutinya dan tak berkurang sedikitpun dari pahalanya, dan barangsiapa membuat buat hal baru yg dosanya", hadits ini merupakan anjuran untuk membuat kebiasaan kebiasaan yg baik, dan ancaman untuk membuat kebiasaan yg buruk, dan pada hadits ini terdapat pengecualian dari sabda beliau saw : "semua yg baru adalah Bid'ah, dan semua yg Bid'ah adalah sesat", sungguh yg dimaksudkan adalah hal baru yg buruk dan Bid'ah yg tercela". (Syarh Annawawi 'ala Shahih Muslim juz 7 hal 104-105)

Adakah Bid'ah adalah Hukum?

Telah disepakati bersama, dalam berbagai kitab dan jumhur ulama' bahwa hukum dalam islam itu ada 5 yaitu : Wajib, Sunnah, Haram, Makruh dan Mubah. Jadi segala sesuatu yang diluar hukum yang terdapat dalam hukum islam yang lima tersebut, maka itu adalah dikatakan hal yang baru (bid'ah). karna perkara tersebut belum pernah ada pada masa Rosulullah SAW, maka perkara tersebut harus ditimbang dalam kacamata hukum Syari'at yang lima di atas.

Menentukan Suatu amalan bid'ah atau bukan.

Terdapat banyak perselisihan dalam menentukan suatu amalan termasuk bid'ah atau bukan, jika kita lihat sepeninggalan Rosulullah SAW, maka akan kita dapatkan begitu banyak sekali amalan-amalan baru yang dilakukan umat islam, maka mari kita telusuri satu persatu dengan kaidah yg benar.

Pertama penentuan Amalan yang dianggap bid'ah. Amalan baru yang dianggap sutu bid'ah adalah amalan yang menyangkut ibada dan syariat, karna dalam hadits tersebut dikatakan "fi amrina" yaitu baru dalam urusan agama atau syari'at dan didukung oleh pendapat para ulama' diatas.

Kedua menentukan jenis ibadah atau urusan agama syariat atau bukan, merupakan kesepakatan bahwa semua perbuatan baik yang kita lakukan adalah bernilai ibadah selama tidak melanggar syari'at, misalanya makan minum, mandi, sholat, puasa dll. Maka merupakan kesepakatan bahwa amalan ibadah itu terbagi menjadi dua, yaitu Amalan ibadah mahdhoh adalah suatu ibadah yang terikat dengan rukun, syarat dan yang membatalkannya, seperti sholat puasa zakat dll yang telah ditetapkan dan terikat hukumnya deng sunnah atau haram. dan yang lainnya adalah ibadah ghoiru mahdhoh yaitu ibadah yang tidak terikat oleh syarat, rukun atau batalnya, seperti belajar, shodakoh, bekerja, berda'wah dll.

Jika ada yang tidak setuju bahwa semua kegiatan yang kita lakukan adalah ibadah, dan mengingkarinya, dan meminta untuk memisahkan antara ibadah dan urusan dunia, semisal sekolah adalah urusan dunia dan berdoa adalah urusan akhirat, maka sesungguhnya telah jatuh pada faham sekular yaitu yang memisahkan antara urusan agama dan dunia. Maka mohon maaf kita tidak akan berbeda dengan hal ini, bagi penulis semua perkara yg kita lakukan bernilai ibadah atau urusan agama.

Dari penjelasan di atas, keluar dua pemahaman tentang bid'ah didalam syari'at islam dalam menentukan objek amalan, yang diwakili oleh imam syafi'ie dan imam suyuti. Imam syafi'ie membagi bid'ah menjadi dua yaitu bid'ah hasanah(baik) dan bid'ah dholalah(sesat) dengan memasukkan objeknya semua ibadah baik mahdhoh maupun ghoiru mahdhoh. Sementara imam suyuti menetapkan bid'ah itu hanya satu yaitu bid'ah yang dholalah atau sesat, dengan objek ibadah yang dinilai adalah ibadah mahdhoh semata yaitu yg terikat rukun syarat dan batalnya, atau ibadah yang muqoyyadh.

Contoh Amalan dan termasuk bid'ah atau bukan?

Maulid Nabi Dasar pelaksanaanya bersyukur atas kelahiran nabi (tidak bertentangan) dan mencintai rosulullah.

Sekolah Dasar pelaksanaanya perintah Allah dan Nabi untuk menuntut ilmu

Pertama apakah Maulid nabi/sekolah itu adalah amalan ibadah yang mahdoh atau ghoiru mahdoh? Jika Bukan (bukan bid'ah)

Adakah rukun dan syarat syah atau batalnya amalan tersebut? Jika Tidak ada (bukan bid'ah)

Adakah Maulid Nabi itu bertentangan dengan Syari'at? (Jika Iya maka bid'ah jika tidak bukan bid'ah)

Apa anggapan para pelaku Maulid nabi itu terhadapa amalan tersebut, apa alasannya? Segala sesuatu yang tidak ada hukumnya sebelumnya adalah boleh, dan segala ibadah mahdhoh asal dasarnya adalah terlarang. Ubudiyah (ibadah mahdhoh ataupun goiru mahdoh yang ditujukan ibadah kepada selain Allah adalah terlarang), Maka hukumnya mubah (boleh) menjadi sunnah bila terdapat sesuatu yg dianjurkan dalam syari'at, dan menjadi makruh bila ada yg dibenci, bahkan menjadi haram jika terdapat sesuatu yang bertentangan dengan syariat.

Jika maulid nabi bid'ah maka tidak ada alasan untuk mengatakan sekolah juga bid'ah. karna keduanya adalah sama2 bersandar pada perintah rasulullah dan syari'at, kemudian dikemas dengan methode baru, dengan sebutan baru yaitu ber-Maulid nabi dan bersekolah. Dan masih banyak lagi contoh2 lain, seperti Tahlilan, Ziarah, isro' mi'roj, peringatan kenegaraan dll. Perbuatan itu tergantung niatnya.

By : vendi
--
Your Best Regard
www.komarudin.co.cc

Monday, March 9, 2009

sekilas tentang tauhid ahlussunnah wal jama'ah

Tauhid Ahlussunnah waljama'ah

Mukoddimah

Berbicara tentang hal yang satu ini harus sangat hati-hati, salah-salah jika tidak hati-hati maka akan jatuh kepada kekufuran, kehati-hatian pula mencakup kepada dalam memandang orang bertauhid atau beraqidah, karna jika tidak berhati-hati melontarkan pernyataan kepada orang yang kita anggap salah akidahnya maka perkataan kafir akan jatuh kepada salah satu dari yang menuduh dan yang tertuduh, artinya jika yang tertuduh benar maka yang menuduhlah akan jatuh kepada kekafiran.

Dasar Penetapan Aqidah

Sebagai dasar aqidah kaum muslimin terutama yang bergolongan ahlussunnah waljama'ah mensifati Allah dengan beberapa sifat, dengan dasar landasan pemikiran Bahwa Akal kita adalah ciptaan Allah, maka bagaimana mungkin ciptaan (buatan) ini menjangkau pemikirannya sampai pada penciptanya yaitu Allah. maka hakikatnya Akal kita tidak akan mampun memikirkan Hakikat Dzah Allah. Jika ada tuhan yang terjangkau oleh logika akal, maka Tuhan tersebut adalah terjangkau dalam pemikiran maka dimana Kebesaran, Ketinggian dan Kemahasucian Tuhan jika Akal bisa menjangkaunya?

Dalam hal ini ditetapkanlah Sifat bagi Allah oleh umala ahlussunnah wal jama'ah agar pemikiran manusia tidak tersesat memahami Sifat dan dzat Tuhan kaum muslimin yaitu Allah SWT, karna salah-salah jika seorang yang membaca langsung kepada Ayat-ayat Mutasyabihat akan jatuh pada pemahaman yang sesat, usaha Asy'ariah adalah ijtihad agar memudahkan memahami tauhid, baik uluhiyah, rububiyah maupun sifat wajib serta asmaul husna.

Dalam Ahlussunnah wal jamaah dikenal dengan dua Madzhab akidah yaitu Asy'ariyah dan Maturidiyah, keduanya dianggap yang lebih sesuai dengan Aqidah yang dibawa oleh Rosulullah SAW dan Kemahasucian Allah SWT.

Aqidah Asy'ariyyah adalah aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah yang mengajarkan bahwa Allah memiliki sifat-sifat yang wajib yang berjumlah 20 sifat. Begitu juga yang mustahil 20 sifat dan yang jaiz 1 sifat dan yang lainnya yang dapat diketahui dari buku-buku tauhid seperti Kitab Sifat Dua Puluh karangan Habib Usman bin Yahya dan kitab lainnya.

Asy`ariyah adalah sebuah paham aqidah yang dinisbatkan kepada Abul Hasan Al-Asy`ariy. Beliau lahir di Bashrah tahun 260 Hijriyah bertepatan dengan tahun 935 Masehi. Beliau wafat di Bashrah pada tahun 324 H / 975-6 M.

Az-Zubaidi mengatakan : "Jika dikatakan Ahlus Sunnah, maka yang dimaksud dengan mereka itu adalah Asy'ariyah dan Maturidiyah". (Ittihafus Sadatil Muttaqin 2:6).

Bagi yg mamapu berijtihad dalam berakidah, dan mencoba menggali kepada Al-qur'an dan hadits sendiri, maka hendaknya berhati-hatilah dan jangan terburu-buru menyebarkan hasil ijtihadnya kepada halayak ramai apalagi kalau hasil ijtihad itu berselisih dengan madzhab yang telah diakui oleh para Ulama dari zaman salaf(dulu/kuno) sampai zama 'asri (sekarang/modern), karena kita ketahui bersama firman Allah terdapat ayat Muhkamat dan Mutasyabihaat, salah salah terjatuh pada penyebar fitnah atau salah ta'wil karna blm tergolong orang yg Rosih dlm ilmunya, sebagaimana Firman Allah dalam Surah Ali-Imron ayat : 7

"Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal"(ali imron 7).

Bagi yang belum mampu berijtihad sendiri karna merasa terbatasnya kemampuan dalam menggalai Al-qur'an dan hadits seperti penulis, maka akidah ini insya Allah telah diuji dan direkomendasikan oleh berbagai pakar ulama yang berkompeten dalam bidang Al-qur'an dan Hadits dan kemudian diikutinya seperti Al-Baqillani, Imam Haramain Al-Juwaini, Al-Ghazali, Al-Fakhrurrazi, Al-Baidhawi, Al-Amidi, Asy-Syahrastani, Al-Baghdadi, Ibnu Abdissalam, Ibnud Daqiq Al-`Id, Ibu Sayyidinnas, Al-Balqini, al-`Iraqi, An-Nawawi, Ar-Rafi`I, Ibnu Hajar Al-`Asqallani, As-Suyuti. Sedangkan dari wilayah barat khilafat Islamiyah ada Ath-Tharthusi, Al-Maziri, Al-Baji, Ibnu Rusyd (aljad), Ibnul Arabi, Al-Qadhi `Iyyadh, Al-Qurthubi dan Asy-Syatibi. Jangan lupa juga bahwa universitas Islam terkemuka di dunia dan legendaris menganut paham Al-Asy`ariah dan Maturidiyah seperti Al-Azhar di Mesir, Az-Zaitun di Tunis, Al-Qayruwan di Marokko, Deoban di India. Dan masih banyak lagi universitas dan madrasah yang menganutnya.Para ulama pengikut mazhab Al-Hanafiyah adalah secara teologis umumnya adalah penganut paham Al-Maturidiyah. Sedangkan mazhab Al-Malikiyah dan Asy-Syafi`iyyah secara teoligs umumnya adalah penganut paham Al-Asy`ariyah.

Isi Aqidah
Yang akan coba kami uraikan adalah aqidah Asy'ariyah. (Tanpa mendiskriditkan apapun pada akidah lain) kemudian dengan catatan pula, madzhab asy'ariyah bukan hanya yg ditulis oleh Abu hasan al-asy'ari saja, namu yang mengakui dasar-dasarnya oleh beliau kemudian dikembangkan sesuai dengan pemahaman asy'ariyah.

Sifat Wajib Bagi Allah
1. Wujud artinya Ada  dan Lawannya Tidak ada.

Dalil Naqli : La ilaha illa Allah (Syahadat), Tidak Ada Tuhan Selain Allah
Firman Allah : (surah al-ikhlas ayat 1) "Katakanlah (wahai Muhammad) Dia Allah itu satu".
Sabda Nabi : "kaana Allah, wa lam yakun Syai' ghoiroh" (Bukhori) "Allah ada sebelum yg lainnya Ada.
Ucapan Sayidina Ali Karromallahu wajhah. " Kana Allah wa la Makan.." (Allah ada, dan tanpa tempat) (al-farq bainal firoq li abu mansur al-baghdadi) DLL.
Dalil Aqli : Jika Adanya sesuatu yang baru pasti ada Yang Mengadakan (Penciptanya) tidak ada sesuatupun yang terjadi secara kebetulan tanpa sebab, bahkan sesuatu jatuh dari daun kering pun ada sebabnya jika diteliti mendalam mengapa daun jatuh.

Surat Ali Imron 190 "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal"

2. Qidam artinya Dahulu
Dalil Naqli    :
Firman Allah : "Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Bathin"(Al-hadih : 3)
Sabda Rosul :  "Antal Muqoddimu" Engkaulah yang qodim (Hadits Bukhori doa rosulullah setelah Tahajjud)
Dalil Aqli      : Segala sesuatu ini baru dan datang setelah ada yg mendahului yaitu Allah yang Tanpa Permulaan.

Maksud dahulu itu adalah yang Maha Ada terdahulu sebelum makhluk ada, dan dahulunya Allah itu tanpa permulaan dan Maha akhir adalah Dia Tetap ada setelah segala sesuatu telah binasa dan tiada Akhir bagiNYA, hal tersebut diluar jangkauan akal. Akal hanya bisa memahami dari segala ciptaanNYA yaitu hitungan sebelum satu adalah 0 (tiada awal), dan setelah satu maka tak terhingga, sementara hitungan hanyalah ciptaan, sudah tentu Pencipta Lebih sempurna dari makhluk.

3. Baqo' artinya Kekal
Dalil Naqli : "Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan" (Ar-Rahman 27)
Dalil Aqli     : segala sesuatu yg binasa adalah lemah, Maha suci Allah Tuhan yang Maha Perkasa Maha Besar dan Kekal, Segala sesuatu yg lemah bukanlah tuhan.

4. Mukholafatu lil hawaditsi artinya berbeda dengan yang baru (makhlukNYA)
Dalil Naqli : Laisa kamitslihi syai'un wa huwa sami'ul bashir
Dalil Aqli   : Jika anda membuat kursi maka kursi tidak sama dengan anda, bagaimana mungkin Allah Yang Maha Sempurna yang telah membuat segala sesuatu sama dengan sesuatu itu. Mahkluk adalah terbatas, terikat dan lemah. Mustahil Bagi Allah menyerupai makhluk, Dia Maha Sempurna tidak sama dengan makhlukNYA.

5. Qiyamuhu Binafsihi = Berdiri sendiri
Dalil Naqli : Wallahu huwa al-ghoniyyul hamid
Allahu La ilaaha illahuwa alhayyul Al-qoyyum dst...
La ilaaha Illallahu wahdahu La Syarika Lah "Tidak ada tuhan selain Allah Satu dan tidak ada sekutu baginya"
Dalil Aqli   : Allah Tidak ada Sesuatupun yang dibutuhkan Allah, tidak dilahirkan dan tidak melahairkan. Dia berdiri sendiri dan tidak ada sekutu baginya, yang bersekutu dan membutuhkan orang lain hanyalah makhluk, Tuhan tidak membutuhkan siapa dan apapun, Dia Berdiri sendiri itulah kesempurnaanNYA, yang membutuhkan sekutu dan orang lain berarti masih lemah dan tidak sempurna.

6. Wahdaniyah = Allah maha satu
Dalil Naqli  : Allahu Ahad.
Dalil Aqli    : Allah adalah satu, Tuhan harus satu, kalau lebih dari satu maka akan kacaulah dunia, karna keinginannya yg berbeda, kalau lebih dari satu maka akan saling mengaku lebih berhak atas ciptaan.dll

7. Qudrat = Maha Menentukan
Dalil Naqli : Wa huwa ala kulli syai'in Qodiir.
Dalil Aqli   : Jika seorang programmer computer menentukan programnya agar berjalan dengan sesuai keinginannya dia harus menulis kode-kode sehingga programnya berjalan sesuai dengan kehendaknya, namun programmer secanggih apapun yang bisa membuat program, masih tidak bisa menjamin seratus persen ke tangguhan programnya, karna dia manusia dan dia hanya memberikan sebab supaya tercipta akibat, sementara Allah segala kehendaknya pasti terlaksana, walaupun tanpa sebab, karena Dialah sumber dari segala sebab. Dia menentukan segala sesuatu termasuk ajal programmer.

8. Irodat = Berkemauan
Dalil Naqli : idza aroda syian an yakula lahu kun fayakun.
Fa'alu lima yuriid
Dalil Aqli  : Allah sebagai tuhan berkemauan apa saja yang Dia ingin lakukan, tidak ada yang mampu mencegah, karna Dia Maha Berkuasa atas segala sesuatu, sekiranya tercegah dan keinginan ada yg mengendalikan maka berarti lemah.

9. Ilmu artinya Mengetahui
Dalil Naqli : wa huwa assami'ul aliem
Dalil Aqli   : Dia mengetahui segala sesuatu dari sebelum manusia diciptakan sampai hari kiamat, Bahkan mengetahui yang terbesit dalam jiwa, baik yang dzahir maupun yg bathin, Dia mengetahui yang gaib, iblis malaikat jin tetapi tidak sebaliknya. Allah Maha Mengetahui, terbukti bahwa segala yg diceritakan al-qur'an sebelum pengetahuan modern ditemukan telah terbukti. Allah maha tahu segala sesuatu.

10. Hayat artinya Hidup
Dalil Naqli : Huwa alhayyul alQoyyum
Dalil Aqli   : Dengan Adanya makhluk, dengan memberikan nyawa sehingga mekhluk menjadi hidup, terbukti bahwa tumbuhan bisa tumbuh karna kekuasaan Allah yang memberikan kehidupan maka pasti Allah hidup.

11. Sama' artinya Maha Mendengar
Dalil Naqli : Innallaha as-sami'un bashir
Dalil Aqli   : Allah maha mendengarkan doa seseorang yang memohon kepadanya kemudian mengabulkannya, mendengar rintihan hati yang sedih sehingga memberika ketenangan padanya.

12. Bashor artinya Allah melihat
Dalil Naqli : wa huwa assami'ul bashir
Dalil Aqli   : Allah Maha Melihat segala perbuatan baik dan buruk yang dilakukan hamba, sehingga segala perbuatannya akan diberi balasan.

13. Kalam artinya berfirman
Dalil Naqli : wa kallamallahu musa taklima
Dalil Aqli   : Allah Maha Berfirman kepada Musa secara langsung. Berdialog dengan Malaikat dan para nabi, Kalam Allah berbeda dengan makhluknya. dan Al-qur'an adalah Kalamullah yang azalli.

Maka runtuhlah semua tuduhan dari sebagian golongan yang mengatakan bahwa penetapan sifat Wajib bagi Allah tidak berdasar dari dalil Naqli, berfikirlah terlebih dahulu sebelum menuduh, karna bila terbukti tuduhannya tidak terbukti akan kembali tuduhan itu pada diri yg menuduh. Sebagai contoh ada yg menuduh sifat wajib bagi Allah yg ditetapkan oleh as'ariyah tidak berdasar dalil Naqli, kemudian terbukti berdasar dalil Naqli, bukankah itu mebuktikan bahwa yang menuduh tidak tahu.?

Jika ada yg bertanya siapa yang menuduh, maka silahkan dilihat disini Mereka menganggap semua ulama' dulu   (asy'ariyah) sampai yang mengikutinya sekarang lalai semua, dan merekalah yg paling jeli melihat tauhid, menandakan ketidak tahuannya akan tauhid yg diajarkan asy'ariyah. Memangnya ulam' sekaliber An-Nawawi, Ibnu hajar al-atqolani, suyuthi tidak jeli? mereka hanya taqlid buta tanpa ceck dulu? mereka tidak berijtihad dulu sebelum mengikutinya, dan kemudian penuduh itu merasa yg paling jeli melebihi ulama2 tsb?

Kemudian menyodorkan tauhid yg dianggap paling rojih asma' wa sifat sehingga menetapkan seperti artikel ini, Aku berlindung kepada Allah dari menyerupakanNYA dengan makhluk Ya Robbi Lindungi kami dari segala fitnah dunia dan akhirat, siapa yang setelah membaca artikel tersebut tidak terbayang dalam benaknya penyerupaan, bahkan artikel itu disusun sedemikian rupa berurut dari sifat tangan lengan telapak jari. Subhanallah, maha suci Allah dari yang mereka sifatkan.
Kurang lebihnya mohon maaf.
wallahu a'lam bi showab
Oleh vendi
--
Your Best Regard
www.komarudin.co.cc