Friday, July 31, 2009

Ada apa dengan saudaraku

Berbagai macam golongan dan pergerakan baik yang berupa madzhab, organisasi, idiologi aqidah, maupun yang mengaku manhaj yang pada dasarnya sama dengan madzhab.

Apa perbedaan madzhab dan manhaj?
Madzhab adalah berasal dari kata dzahaba yang artinya pergi, madzhab berarti tempat pergi atau jalan,  madzhab adalah istilah dari bahasa Arab, yang berarti jalan yang dilalui dan dilewati, sesuatu yang menjadi tujuan seseorang baik konkrit maupun abstrak. Sesuatu dikatakan mazhab bagi seseorang jika cara atau jalan tersebut menjadi ciri khasnya. Menurut para ulama dan ahli agama islam,  yang dinamakan mazhab adalah metode (manhaj) yang dibentuk setelah melalui pemikiran dan penelitian, kemudian orang yang menjalaninya menjadikannya sebagai pedoman yang jelas batasan-batasannya, bagian-bagiannya, dibangun di atas prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah. (wikipedia)

Adapun Manhaj secara bahasa artinya jalan yang jelas (Qamus Al-Muhith). Istilah yang populer di kalangan ahlul ilmi ialah jalan yang akan mengantarkan kepada pengenalan hakekat ilmu melalui kaidah-kaidah umum yang dapat menjaga jalannya akal dan memberi batasan-batasan yang praktis, sehingga dengan itu akan sampai kepada hasil yang dapat diketahui dengan jelas (lihat Manhajul Istidlal, jilid I, halaman 20, oleh Utsman bin Ali Hasan).

Dengan kata lain Manhaj adalah sistem pemahaman dan pengenalan ilmu. Yang dimaksud dengan Manhaj di sini ialah Manhaj sebagai Salafiyyin dalam memahami dan mengamalkan agama ini. Manhaj ini diambil dari para imam ahlul hadits dari kalangan Salafus Shalih dan orang-orang yang mengikuti mereka.
( kutipan dr perpustakaanislam)

Jika kita lihat dari dua istilah yang diambil antara manhaj dan madzhab, maka dapat kita fahami bahwa keduanya tidak ada bedanya.
1. pemahaman yang diambil adalah sama yaitu dari ulama' salaf atau ahlul hadits, para mujtahid adalah para pakar hadits, minimal 600 ribu hadits berikut sanad dan hukum matan, baik riwayah maupun dirayatnya. serta syarat yang lain.
2. Madzhab dan manhaj sama-sama jalan, cara yang diambil dan ditempuh setelah melalui penelitian dll.

Namun anehnya, ada segolongan orang yang menentang dan menuduh madzhab adalah pemecah belah ummat sehingga menjadi terkotak-kotak, disisi lain mereka mengaku sebagai bermanhaj salaf, pertanyaannya, memang madzhab mana yang tidak bermanhaj salaf? keseluruhan ulama yang mendirikan madzhab adalah ulama' salafushalih yang kesemuanya mengikuti manhaj salaf, diakui oleh ulama' ahlussunnah waljama'ah.

Bagi para pengikut madzhab, tidak ada salahnya untuk terus mengamalkan dan bermadzhab, ada pun yg menolak madzhab, secara tidak langsung ataupun langsung, diakui atau tidak sesungguhnya mereka sedang mendirikan madzhab baru, walaupun namanya madzhab campuran, atau madzhab gk jelas, atau madzhab apa lah yang belum tentu teruji.

wallahu a'lamu bishowab.
--
Your Best Regard
www.rindurosul.wordpress.com
http://www.rumahvendi.phpnet.us

Sunday, July 26, 2009

Mengapa saya tak mau menerima Salafy/wahabi atau sejenisnya.

Sepertinya merupakan keperluan bagi saya untuk menjelaskan semampu saya akan sikap tidak menerima saya terhadap faham atau idiologi wahabi yang mengaku salafy atau yg mengaku dengan nama lain yg sejenisnya.

1. Mereka beraqidah mujassimah, yang menetapkan dan memaknai ayat mutasyabihat sesuai dzahir ayat, menolak ta'wil sehingga menganggap kafir bagi yang menta'wilnya. sebagaimana Albani yang mengomentari Imam bukhori yang menta'wil "wa yabqo wajhu robbika dzul jalali wal ikram" kalimat wajhu diartikan oleh Imam Bukhori sebagai "Dzat" kemudian Albani mengatakan "Tidak akan berkata seperti itu seorang muslim yang beriman". (lihat Fatwa albani 532) Lihat ajaran tajsim yang menyusun dalil untuk menerangkan bentuk Allah disini dan lihat tuduhan yg dilontarkan mereka disini.

2. Mereka mengagungkan ulama' salafussholih dalam satu hal, kemudian mengkaji dan mengakui ulama-ulama tersebut beserta kitabnya sebagai hujjah ahlussunnah wal jama'ah, akan tetapi menololak sebagian yang lain ditambah menganggap sesat bagi siapa saja yang beramal dengan pendapat yang mereka tolak.
Contoh : Mereka mengakui Ibnu Hajar Al-atsqolani dg kitabnya fathul baari. Beliau dan kitabnya adalah ahlussunnah akan tetapi mereka menganggap orang sesat, bid'ah, kafir atau musyrik bagi orang yang bertawassul dengan orang yang telah Meninggal termasuk bertawassul pada Nabi Muhammad SAW, padahal dalam fathul bari terdapat hadits tawassul dengan orang yang telah meninggal dengan komentar Ibnu hajar Shohihul isnad. Seharusnya jika mereka menganggap sesat orang yang tawassul dg orang yang telah meninggal yang terlebih dahulu mereka ingkari adalah Ibnu hajar yang telah mencantumkan hadits tersebut dan memberi komentar Sanadnya shohih yang berarti bisa beramal dengan hadits tersebut. (lihat fathul baari) hadits yang sama diriwayatkan pula oleh Ibnu katsir dengan komentar yg sama (lihat)

Hal senada juga berada dalam kitab majmu zawaid abi bakar al-haitami, beliau menulis hadits lain tentang tawassul dengan orang yg telah meninggal dan memberi komentar hadits shohih (lihat), abi bakar al-haitami dan bukunya dirujuk dan diakui ahlussunnah kata mereka, sementara orang sekarang yang beramal dengan itu di bid'ahkan dianggap sesat, kafir, syirik dll. lihat hadits itu...

Contoh lain : Mereka mengakui kefakihan dan keilmuan Imam as-syafi'ie, kemudian mereka menggolongkan pula pada Mujtahid mutlak, ahlussunnah wal jama'ah serta salafussholih, namun mereka menganggap sesat orang-orang sufi, sementara orang sufi juga mengikuti imam syafi'ie yang menasehati "Jadilah seorang Faqih dan seorang yang Sufi jangan jadi salah satunya, maka sesungguhnya aku dan Hak (kebenaran) Allah menasihati" (Lihat Diwani Syafi'ie). kenapa mereka menganggap sesat kaum sufi, sementara imam syafi'ie sendiri menganjurkan mereka tidak sesatkan?

3. Mereka banyak mengkritik pendapat para ulama, dan mengingkari madzhab mendakwah "tidak usah bermadzhab, para imam madzhab tidak mengajurkan untuk diikuti", namun kenyataan para salafussholih banyak yang membela madzhab yang mereka anut dan ikuti, hal itu mereka tentang, dengan fatwa "Madzhab adalah memperpecah ummat" tapi disisi lain mereka terkesan memaksakan pada pengikutnya untuk beribadah sesuai pendapat mereka seraya mengkritik bahkan membid'ahkan yang tidak sesuai dengan mereka yaitu para pengikut madzhab lain.
Contoh :1. Telah didapati dikalangan ulama' khilafiyah masalah Qunut, diantara mereka saling toleran satu sama lain, namun tidak ada yg membid'ahkannya, mengapa mereka membid'ahkan qunut subuh?, 2. Telah disepakati oleh ijma' ulama bahwa mengirimkan pahala bacaan qur'an dzikir atau shodakoh atau ibadah lain kepada mayit yang telah meninggal adalah sampai, namun mereka menentang dan mengatakan amalan sia-sia  dsb.

4. Masalah maulid nabi, mereka menghukumi siapapun yang merayakan maulid Nabi Muhammad SAW adalah ahlul bid'ah, para ahli bid'ah yang sesat dan tempatnya di Neraka, berbagai dalil dan para ulama' membolehkan sebagai hasil ijtihadnya, mereka tidak peduli, Ibnu hajar, Imam Nawawi Imam syuyuti yang mereka akui ahlussunnah pun membolehkan Maulid Nabi, tapi mereka tidak sebut mereka ahlul bid'ah tetap mengikuti dan berhujjah dg kitab mereka, malah para pelaku di akhir zaman mereka serang dan sebut ahlul bid'ah. Padahal mereka juga mengakui ijtihad qiyamullail pada sepuluh terahir pada bulan ramadhan yg disaudi dilakukan secara berjama'ah berkesinambungan layaknya tarawih, sementara tarawih juga sudah dilakukan ba'da isya', hal itu memang baik dan boleh mengapa hal yang lain tidak boleh dilakukan, maulid nabi bid'ah dengan satu alasan saja "Rasulullah tidak menyuruh, sahabat tidak melaksanakan" padahal sholat qiyamullail dengan cara saudi sekarang juga sama.


Yang saya tidak bisa terima dari mereka adalah idiologinya yang berakidah tajsim, serta cara mereka berdakwah dengan menghukumi selain dari mereka kafir, syirik, bid'ah, sesat dan sejenisnya. Jadi esensi ajaran mereka yang memang menyelisih, mereka mungkin berjenggot panjang, menutup aurat, menjaga pandangan dan hubungan dg lawan jenis, hafal al-qur'an dan terlihat alim ahli ibadah, namun esensi asli ajarannya tetap, dasar ajarannya adalah menyelisihi ulama', sebagaimana khawarij disebutkan oleh rasulullah bahwa qoum khawarij itu jika dibanding dengan para sahabat, maka ibadah para sahabat tidak ada apa-apanya, akan merasa minder jika dibandingkan, Saya tidak mengatakan mereka khawarij, akan tetapi saya mengambil dirayat dari sabda nabi SAW, bahwa kita tidak bisa melihat ke shohihan suatu qoum hanya dengan nilai-nilai ibadahnya dan penampilannya saja, namun esensi ajarannyalah yg kita lihat.

Dengan alasan mensucikan akidah, membersihkan syari'at dari kesesatan, namun disisi lain mereka mencela para ulama, menganggap kafir, sesat, musyrik, ahli bid'ah, ahlul hawa dll. Apakah hati yang bersih, ahlak yang mulya akan mengeluarkan kata2 itu pada orang yang telah bersyahadat dan mengikuti pendapat ulama' mu'tabar, kitab salafussholih yang mereka(salafy) juga akui keafsahannya sebagai ahlussunnah waljama'ah?

Sungguh sebesar besar kejahatan muslimin adalah yg bertanya tentang sesuatu yg tidak diharamkan, menjadi diharamkannya hal itu sebab pertanyaannya" (Shahih Bukhari)

Semoga salafy/wahaby dan sejenisnya bisa mengambil hikmah dan intropeksi diri sehingga dapat menghindari ciri khawarij yang gampang mengkafirkan, menganggap sesat kaum muslimin lain yang tidak sependapat dengan mereka.

Hadits ciri Khawarij  diantaranya:

Diriwayatkan daripada Ali r.a katanya: Aku pernah mendengar Rasulullah s.a.w bersabda: Pada akhir zaman akan muncul kaum yang muda usia dan lemah akalnya. Mereka berkata-kata seolah-olah mereka adalah manusia yang terbaik. Mereka membaca al-Quran tetapi tidak melepasi kerongkong mereka. Mereka keluar dari agama sebagaimana anak panah menembusi binatang buruan. Apabila kamu bertemu dengan mereka, maka bunuhlah mereka kerana sesungguhnya, membunuh mereka ada pahalanya di sisi Allah pada Hari Kiamat. [HR. Bukhari, Muslim, Nasai, Abu Daud]

Diriwayatkan daripada Abu Said al-Khudri r.a katanya: Ali yang menjadi utusan di Yaman, mengirimkan emas yang belum diproses kepada Rasulullah s.a.w lalu baginda membahagikannya kepada empat atau beberapa orang iaitu al-Aqra' bin Haabis, Uyainah bin Badr al-Fazari, Alqamah bin Ulasah al-Amiri, kemudian kepada seorang dari Bani Kilab iaitu Zaid al-Khair At-Tha'ie, juga kepada seorang dari Bani Nabhan. Orang-orang Quraisy marah dan berkata: Engkau memberikannya kepada pemimpin-pemimpin Najd, tetapi meninggalkan kami iaitu tidak memberikannya kepada kami? Rasulullah s.a.w bersabda: Aku lakukannya untuk memujuk hati mereka. Setelah itu datang seorang lelaki yang berjanggut tebal dan menonjol rahangnya. Manakala kedua matanya cengkung dan dahinya pula menonjol keluar. Kepalanya juga botak iaitu kesan cukur. Dia berkata: Takutilah Allah, wahai Muhammad! Rasulullah s.a.w bersabda: Siapa lagi yang lebih taat kepada Allah kiranya aku menderhakaiNya? Tidakkah Dia mempercayaiku atas penduduk bumi, sedangkan engkau tidak mempercayaiku? Lalu lelaki itu beredar. Seorang di antara orang ramai meminta izin untuk membunuh lelaki tersebut. Tetapi Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya di antara kaumku ini, ada orang-orang yang membaca al-Quran tetapi tidak melepasi kerongkong mereka iaitu tidak mengambil faedah dari apa yang mereka baca bahkan mereka hanya sekadar membacanya sahaja. Mereka mampu membunuh orang Islam dan membiarkan penyembah berhala hidup. Mereka keluar dari Islam sebagaimana anak panah menembusi binatang buruan. Jika sekiranya aku menemui mereka, pasti aku bunuh mereka seperti terbunuhnya kaum Aad. [HR. Bukhari, Muslim, Nasai, Abu Daud, Ibnu Majah, Ahmad, Malik] 

Wallahu a'lam bishowab.
--
Your Best Regard
www.rindurosul.wordpress.com
http://www.rumahvendi.phpnet.us

Friday, July 24, 2009

Melihat Tarekat secara porposional.

Tarekat hukumnya Sesat, demikian pendapat orang wahabi yang menamakan diri salafy, mereka mengemukakan kesesatan-kesesatan tarekat, diantara tuduhan yang dilontarkan seorang ustadz salafy dalam pengajian Jaliat di Saudi Arabia yaitu:

Para guru atau syeh pemimpin tarekat meninggalkan syari'at, mereka mengambil qias dari nabi hidir yang menyelisihi syari'at nabi Musa, maka kita juga boleh menyelisihi syari'at nabi Muhammad SAW, oleh sebab itu para guru tarekat menyuruh murid-muridnya sholat di masjid, sementara sang guru tidak sholat. demikian tuduhan orang salafy tersebut. Benarkah tuduhan ini??

Kamungkinan pertama :
Kalau toh pun ada seorang guru yang terlihat tidak sholat, ada pengakuan sebagian dari mereka bahwa sang guru sholat di makkah, hal ini juga sulit dipercaya, namun jikalau benar bahwa sang guru sholat di makkah bisa dalam sekejab ke makkah dan sekejab lagi ke indonesia yang merupakan kemampuan yg diberikan Allah kepada orang tersebut sebagai mana seorang alim yang memindahkan kerajaan ratu balqis dalam sekejab mata dengan izin Allah, maka hal itu juga bisa terjadi. Daripada kita lebih kotor karna menuduh orang tidak mengerjakan shalat, tidakkah lebih baik kita husnudhon?

Kemungkinan kedua :
Mungkin benar orang tersebut memang tidak sholat, sebagaimana yang diceritakan ustadz salafy, bahwa orang itu tidak shalat karna telah mencapai ma'rifat, jadi tidak perlu syari'at, misalnya orang kaya sudah tidak perlu bekerja, karna tanpa kerja pun asetnya telah mengalir dan uangny cukup melimpah. akan tetapi benarkah semua ajaran tarikat seperti itu? benarkah secara ikrar secara terang-terangan mereka (tarekat) melegitimasi pemahaman ini sebagai ajaran tarekat? jika tidak berarti itu tak lebih hanya oknum yang memperburuk citra tarekat, dan tidak bisa di pukul rata bahwa seluruh tarekat adalah sesat bukan, sebagaimana orang islam pun banyak yang tidak sholat, bukan berarti islamnya atau ajaran islamnya yg salah, akan tetapi oknum orang islam itulah yg memang sesat, sebagaimana islam liberal.

Orang salafy juga menuduh bahwa tarekat adalah jalan baru, jalan pintas untuk mencapai syurga, mencapai keridhoan Allah, tidak mengikuti syari'at Rasulullah dan membuat syariat sendiri dengan perbanyak dzikir dan meninggalkan syari'at, jika diteliti terdapat banyak sekali tarekat yang justru lebih baik ibadah dan lebih sesuai dengan al-qur'an dan sunnah dari pada yang menuduh, dzikir-dzikir yang dilafadzkan pun berlandas pada dalil-dalil yang kuat, sebagaimana pengakuan para pengikut tarekat alawiyin.

Bisa dibenarkan ketika ilmu tasawwuf dipelajari, sementara ilmu fiqih tidak atau kurang, maka akan berakibat buruk, demikian pula ketika ilmu fiqih dipelajari kemudian tanpa ilmu tasawwuf maka terjadi kurang hati-hati dalam menjaga hati, oleh sebab itu kedua ilmu ini harus seimbang dan sejalan, demikian pula nasehat imam as-syafi'ie rahimahullah, agar kita mempelajari kedua ilmu tersebut tidak hanya cukup salah satu saja (lihat kitab diwani syafi'ie)
--
Your Best Regard
www.rindurosul.wordpress.com
http://www.rumahvendi.phpnet.us

Thursday, July 23, 2009

Kakang mengajak Anda untuk bergabung di Facebook

facebook
Hai Pujakesula,
Orang-orang berikut ini mengundang Anda untuk menjadi teman mereka di Facebook:
Kakang VendiKakang Vendi
135 teman
3 foto
 


Orang lain yang mungkin Anda kenal di Facebook:
Syamsu RizalSyamsu Rizal
Yies MuslihahYies Muslihah
AnkgHie ThaAnkgHie Tha
Risma WatiRisma Wati
Sutriani Auliah PutrySutriani Auliah Putry
Syamsul AkhyarSyamsul Akhyar
Indonesia
 

Facebook ada adalah tempat terbaik untuk tetap berhubungan dengan teman-teman, bertukar foto, video dan membuat banyak acara. Anda harus bergabung di sini! Daftar hari ini juga untuk membuat profil dan temukan orang-orang yang Anda kenal.
Terima kasih,
Tim Facebook
Facebook adalah situs gratis dan siapa saja dapat bergabung
Daftar
Pesan ini merujuk ke endyen.tulis@blogger.com. Jika Anda tidak ingin lagi menerima email sejenis dari Facebook, silakan klik di sini untuk berhenti.
Kantor Facebook beralamat di 1601 S. California Ave., Palo Alto, CA 94304.

Saturday, July 11, 2009

Belajar dari Sejarah penjilid-an Al-qur'an.

Diriwayatkan pada shahih Bukhari, Ketika terjadi pembunuhan besar besaran atas para sahabat (Ahlul yamaamah) yg mereka itu para Huffadh (yg hafal) Alqur'an dan Ahli Alqur'an di zaman Khalifah Abubakar Asshiddiq ra, berkata Abubakar Ashiddiq ra kepada Zeyd bin Tsabit ra : "Sungguh Umar (ra) telah datang kepadaku dan melaporkan pembunuhan atas ahlulyamaamah dan ditakutkan pembunuhan akan terus terjadi pada para Ahlulqur'an, lalu ia menyarankan agar Aku (Abubakar Asshiddiq ra) mengumpulkan dan menulis Alqur'an, aku berkata : Bagaimana aku berbuat suatu hal yg tidak diperbuat oleh Rasulullah..??, maka Umar berkata padaku bahwa Demi Allah ini adalah demi kebaikan dan merupakan kebaikan, dan ia terus meyakinkanku sampai Allah menjernihkan dadaku dan aku setuju dan kini aku sependapat dg Umar, dan engkau (zeyd) adalah pemuda, cerdas, dan kami tak menuduhmu (kau tak pernah berbuat jahat), kau telah mencatat wahyu, dan sekarang ikutilah dan kumpulkanlah Alqur'an dan tulislah Alqur'an..!"berkata Zeyd : "Demi Allah sungguh bagiku diperintah memindahkan sebuah gunung daripada gunung gunung tidak seberat perintahmu padaku untuk mengumpulkan Alqur'an, bagaimana kalian berdua berbuat sesuatu yg tak diperbuat oleh Rasulullah saw??", maka Abubakar ra mengatakannya bahwa hal itu adalah kebaikan, hingga iapun meyakinkanku sampai Allah menjernihkan dadaku dan aku setuju dan kini aku sependapat dg mereka berdua dan aku mulai mengumpulkan Alqur'an". (Shahih Bukhari hadits no.4402 dan 6768).

Hadits ini adalah salah satu hadits yang dijadikal landasan hukum bahwa segala sesuatu perbuatan yang baru yang tidak dilakukan oleh Rasulullah SAW adalah bid'ah dholalah yang terlarang dan haram hukumnya, memang iyanya hal diatas yang tidak dilakukan dan diperintahkan oleh Rasulullah SAW adalah bid'ah, namun itu adalah baik dan sesuai Al-qur'an dan sunnah, itulah yang disebut dengan bid'ah mahmudah sebagaimana pendapat Imam As-syafi'ie Rahimahullah.

Sebagian golongan yang menolak bid'ah hasanah menjelaskan bahwa hal di atas adalah termasuk dalam masholihul mursalah, maka jika kita objektif terhadap apa yang terjadi, penyebutan sebagai masholihul mursalah justru suatu yg baru pula, sebagaimana penyebutan bid'ah mahmudah.

Perbedaan penyebutan yang pada intinya adalah sama yaitu mengakui adanya perkara baru yang sesuai dengan sunnah, yaitu penjilidan Al-qur'an yang jelas-jelas oleh para sahabat rasulullah sendiri dikatakan sebagai hal yang tidak dilakukan atau diperintahkan oleh rasulullah, atau dalam kata lain hal itu adalah hal yang muhdats (baru) yaitu bid'ah yang dihindari karna ancama "setiap yg baru adalah bid'ah dan setiap bid'ah masuk neraka".

Demikian pula para sahabat mengerti sekali bahwa hal tersebut adalah hal yang baru, sampai mereka takut dan membantah untuk melakukan penjilidan, namun mereka berijtihad demi kemaslahatan dan demi kebaikan umat, karna memang sesuatu itu tidak melanggar sunnah atau syariat.

Jika ada segolongan yang tetap mengatakan hal itu adalah bukan bid'ah, atau bukan hal yang baru dan keberadaannya telah dilakukan oleh para sahabat, maka segolongan itu sesungguhnya telah merasa lebih pintar dari pada para sahabat RA. Bagaimana tidak? para sahabat saja tahu dan menganggap bahwa itu adalah hal yang baru sehingga sebelum dijelaskan tentang baiknya dan pentingnya, mereka takut melakukannya.

Kalau toh pun ada yg berijtihad macam-macam dlm menyikapi kejadian ini dan menyebut apa saja, itu hak yang berijtihad jika telah memenuhi syarat ijtihad. namun hargai pula ijtihad mujtahid mutlak Imam Syafi'ie yang menetapkan bid'ah menjadi dua yaitu bid'ah madzmumah (tercela) dan bid'ah mamduhah (terpuji), berhentilah melecehkan ulama dan menghina pendapatnya. Karna setiap ucapan itu baik buruknya tercatat dan dipertanggungjawabkan.
wallahu a'lamu bishowab.
--
Your Best Regard
www.rindurosul.wordpress.com
http://www.rumahvendi.phpnet.us

Thursday, July 9, 2009

Cahaya

Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. An-Nuur: 35)

Dalam ayat di atas, dapat kita fahami bahwa adanya pengertian dzahir dan pengertian bathin, ada makna tersurat dan makna yang tersiarat, didalam ayat nya disebut Allahu Nuur yang secara dzahirnya artinya Adalah Allah adalah Cahaya, namun para ahli tafsir menafsirkan yang dimaksud adalah Allah memberikan Cahaya, Cahaya Allah juga ada lahir dan bathin, Cayaha Allah yang lahir dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa Allah menerangi alama semesta bumi tempat kita tinggal, dengan Cahaya Matahari dan rembulan, sedangkan chaya bathin yang diberikan Allah kepada orang yang dikehendaki yaitu Cahaya Hidayah Allah.

Permisalan ini juga mengandung pelajaran yang mendalam dalam kehidupan kita didunia ini, jika cahaya dzahir, matahari dan rembulan bisa dirasakan oleh setiap orang baik yang beriman maupun tidak beriman, maka cahaya yang khusus, cahaya hidayah tidak demikian, hanya orang yang dikehendaki mendapatkan cahaya Allah sajalah yang bisa merasakan terangnya cahaya Allah. Jika dimalam hari atau kita dlm sebuah ruangan lebar yang tidak ada cahaya, atau kita buta, dan cahaya dzahir yang begitu terang tidak bisa menunjukkan apa-apa dihadapan kita, tak bisa melihat jalan, tak melihat cantiknya pemandangan, atau gantengnya seorang pangeran, indahnya alam semesta dll, maka demikian pula tatkala seseorang tidak mendapatkan cahaya bathin, maka seseorang tersebut tidak akan bisa melihat indahnya alam bathin.

Sebagaimana keindahan alam dzahir, maka sesungguhnya bagi orang yang mendapatkan cahaya hidayah, mereka akan mampu menikmati keindahan bathin, dan tidak tertarik apapun akan keindahan dzahir bila keindahan bathinnya tidak terdapat padanya, keindahan bathin ini begitu indahnya sehingga orang yang telah mampu melihatnya akan membuat dirinya begitu indah menikmati hidup, begitu bahagia dengan segala keadaannya, setiap hari penuh gairah penuh cinta dan penuh keceriaan. Tiada kesedihan dalam dirinya, inilah ciri orang yang telah melihat keindahan bathin, yang hari-harinya diselimuti dengan kebahagiaan, hidup dengan senyum optimis dan positif thinking. (khusnudhon/berfikir baik).

Maka jika kita belum merasakan dan belum ada ciri dari sebagaimana ciri orang yang mendapatkan cahaya Allah, hendaknya kita berusaha untuk menggapainya, dengan sering menghayati ayat Allah, mengingat Allah didalam segala suasana, membersihkan segala penyakit bathin yang sedang kita derita dan terus berlatih untuk menghidupkan semangat beribadah dan melawan nafsu keinginan yang ditimbulkan dari syaithon, intinya sama dengan konsep takwa, yaitu mengerjakan segala perintah Allah dan menjauhi segala laranganNYA, kemudian berusaha dekat kepada Allah dan agar dicintai Allah dengan amalan-amalan sunnah.

Dari Abu Hurairahradhiyallahu `anhu, ia berkata: Rasulullah shalallahu`alayhi wasallam bersabda: "Barangsiapa memusuhi waliku sungguh kuumumkan perang kepadanya, tiadalah hamba Ku mendekat kepada Ku dengan hal hal yg fardhu, dan Hamba Ku terus mendekat kepada Ku dengan hal hal yg sunnah baginya hingga Aku mencintainya, bila Aku mencintainya maka aku menjadi telinganya yg ia gunakan untuk mendengar, dan menjadi matanya yg ia gunakan untuk melihat, dan menjadi tangannya yg ia gunakan untuk memerangi, dan kakinya yg ia gunakan untuk melangkah, bila ia meminta pada Ku niscaya kuberi permintaannya...." (shahih Bukhari hadits no.6137)

Wallahu a'lamu bishowab.
--
Your Best Regard
www.rindurosul.wordpress.com
http://www.rumahvendi.phpnet.us

Friday, July 3, 2009

Sudahkah engkau berbuat untuk cinta...???

Apa bila kita pernah memiliki seorang kekasih yang kita cintai, mungkin saya, mungkin pembaca sekalian yang pernah jatuh cinta dan sudah akil baligh tentunya, maka saya akan mengajak pada saat, kita akan berbicara tentang sesuatu yang begitu indah dan ceritanya tak habis habisnya ditulis oleh orang diseluruh dunia ini, nikmat yang begitu indah dan sangat berharga.

Saat kita menyukai kekasih kita, maka akan ada usaha pada diri kita memberikan sesuatu yang terbaik untuknya, demikian pula saat kita diberikan sesuatu darinya, maka sesuatu itu akan kita jaga dan kita pelihara, jangan sampai sang pemberi menjadi kecewa karna pemberiannya kita abaikan, kalau toh pun ternyata dengan kehati-hatian kita masih juga tak mampu menjaga sesuatu dari kekasih kita, sehingga sesuatu itu rusak atau hilang, maka segeralah kita akan meminta maaf dan berusaha mengganti dengan yg lain, takut alang kepalang kalau-kalau sang kekasih marah. Demikianlah kira-kira pengaruh cinta dalam hubungan kita kepada orang yang kita cintai.

Nah dari rasa cinta dan segala efect yang ditimbulkan dari cinta ini, kita akan memahami cinta kita kepada Allah dan Rasulullah, kenapa arahnya cinta yang paling penting saya arahkan ke sana? karena cinta kepada Allah adalah salah satu syarat kesempurnaan Iman, kalau itu tidak bisa kita lakukan, maka keimanan kita dipertanyakan, kalau mengikuti bahasa hadits "Tidak-lah beriman seseorang sampai Allah dan Rasulnya lebih dicintai dari selainnya", Makanya penting sekali kan Cinta itu?

Ada yang mengatakan, bagaimana kita membagi cinta kita kepada Allah dan kepada pasangan, anak dan keluarga kita, sebenarnya tak usah dibagi, semuanya arhkan cinta kepada Allah, kenapa demikian? karena dengan mencintai Allah maka makhluk disekitar kita apapun itu akan mendapatkan cinta kita, dan kalau kita cinta kepada Allah, maka tak seorang pun cemburu.

Mari kita lihat buah dari cinta kepada Allah, diantaranya adalah istri begitu menyayangi suami, dia begitu cintanya pd Allah, takut kalau Allah murka disebabkan suaminya yang marak kepadanya, akhirnya setiap hari dia akan berbuat yang terbaik untuk suaminya, mencuci pakaiannya, memasak makanan kesukaannya, melayaninya dengan penuh kasih dan sayang tak mau mengecewakannya, walaupun suaminya kasar misalnya atau tidak menampakkan kelembutan, tetapi sang istri tetap meladeni suaminya dengan penuh kasih sayang karna takut murka Allah, cintanya sebenarnya hanya pada Allah, dan kepatuhannya kpd suami juga karna diprintahkan Allah, kalau tidak maka dia sudah lari dan meninggalkan suaminya, apalagi kalau suaminya lembut dan membalas cintanya, maka sang istri itu akan semakin penuh hatinya dengan Cinta kepada Allah dan syukur karna mendapatkan sambutan cinta dari suami yang diyakininya adalah Anugrah Allah.

Jika Hati ini telah dipenuhi dengan Cinta kepada Allah, maka kita akan bersih-bersih untuk supaya Allah senang, menyayangi anak, istri, suami dan apa saja disekitanya, penuh dengan suka cita dan Cinta, karna Ingin dicintai Allah, sholat, puasa dan beribadah penuh dengan Cinta ingin Ridho Allah, yang akhirnya pikirannya akan selalu positif dan berperasangka baik kepada Allah, karna semuanya adalah anugrah Allah yang telah dia cintai dan diapun yakin Allah memberikan semuanya dengan Cinta, itulah mengapa ada seseorang mengatakan bahwa segala yang ada dihadapannya, baik ataupun buruk itu dirasakan ringan dan seolah tidak ada pengaruh apapun, karna jiwanya telah mabuk dengan Cinta kepada Allah, jika hal seperti ini terus di riyadhohkan (dilatih), maka tak ada artinya segala sesuatu kenikmatan dunia, yang ada dan diharapkan adalah Allah, RidhoNya, Cintanya.

Maka Umar bin Abdul Aziz kholifah zuhud rela makan dengan roti yang sudah keras dengan dicelupkan air minum sebagai sarapannya, sampai beliau kurus yang padahal sebelum menjadi kholifah beliau gagah dan kekar, tetapi setelah diberikan amanah kepemimpinan, beliau takut seandainya dengan jabatannya itu apabila dia salah menjalankannya akan mengundang kemurkaan Allah yang amat beliau cintai. Tetapi sungguh dengan kondisi itu beliau sangat bahagia dan ridho, karna beliau tahu Allah Ridho dan Cinta akan perbuatannya itu, beliau juga tahu bahwa apa yang dilakukannya itu disukai dan dicintai Allah.

Banyak lagi contoh cinta dari pada orang-orang pecinta sejati kepada yang di cintainya, seperti seorang muslimah yang cinta pd Rasulullah, ketika suaminya berperang dan dikabarkan suaminya telah mati syahid, beliau langsung bertanya "bagaimana keadaan Rasulullah" begitu mendengar keadaan Rasulullah sehat-sehat saja beliau tidak begitu sedih seraya berkata "Biarkan siapapun meninggal tetmasuk diriku ini meninggal terbunuh, asalkan Rasulullah tak ada yg mengganggu dan selamat" demikian cinta sahabat, mereka rela mengorbankan apasaja, bahkan nyawanya sendiri untuk menyelamatkan kekasih yg dicintainya.

Ketika rasulullah pamit menjelang wafat, beliau mengumumkan siapa yg pernah disakiti untuk membalas sebelum beliau wafat, sahabat ada yang mengaku telah tercambuk bagian perutnya, sehingga sahabat itu ingin membalasnya, hadir menawarkan kpd rasulullah hampir semua sahabat dekar Rasulullah Ali menawarkan untuk menggantikan cambukan itu karna cintanya kpd Rasulullah, sahabat yang lainnya memperingatkan "Tega-kah engkau melakukan itu?" yang pada akhirnya begitu rasulullah siap dicambuk dan membuka bajunya, sahabat itu memeluk dan mendekap rasulullah yang membuat semua sahabat iri dan ingin hati menadapatkan keberuntungan menyentuh kulit rasulullah SAW.

Subhanallah, Sudahkah hamba melakukan sesuatu untuk cinta? Ya Allah jadikan hati ini cinta dan rindu kepada Rasulullah, kepadaMu ya Rabbi. begitu indah Engkau menghiasi para Sahabat Rasulullah dengan Cinta, kami mohon berikan rasa cinta yang besar kepada hamba cinta padaMu dan kepada RasulMu dan cinta orang-orang yang mencintaiMu.
--
Your Best Regard
www.rindurosul.wordpress.com
http://www.rumahvendi.phpnet.us