Friday, August 22, 2008

Kehidupan dan bertaruh di dalamnya

Berbagai pandangan manusia tentang kehidupan seperti Hidup adalah perjuangan, Hidup adalah keindahan, Hidup adalah taruhan, Hidup adalah pilihan, Hidup itu indah dan lain sebagainya manusia bergumam tentang kehidupan, sesuai dengan siapa yang mengatakan dan gumaman itu adalah cermin dari keadaan seseorang yang menggumam tentang kehidupan, atau dalam kata lain itu adalah desah seseorang dalam merasakan pahit getir dan rasa dalam menjalani hidup.

Demikian pula saya pada saat ini akan memaparkan pendapat saya tentang kehidupan yang saya nilai sebagai 'taruhan'. waau kata "Taruhan" yang saya gunakan memang sedikit menyeramkan memang, apalagi kata tersebut sering dipergunakan untuk perilaku yg diharamkan dalam agama yaitu dalam perjudian, bukan berarti saya adalah seorang penjudi sehingga menganalogikan kehidupan sebagai taruhan, tetapi taruhan yang saya maksud adalah terusan dari perjuangan dan pengorbanan yang telah dipertaruhkan untuk menggapai sesuatu keinginan, kemudian hasilnya seperti taruhan dalam segala hal, belum tentu terwujud sesuai keinginan, itulah perjuangan ada kalanya berhasil dan ada kalanya gagal.

Bertaruh dalam Akidah
Seseorang dalam beragama memiliki keyakinan dan keinginan, berkeyakinan bahwa setelah mati manusia akan ditanya tentang amal perbuatan yg menentukan tempat kita nanti di surga atau dineraka, maka seorang yang ingin masuk surga misalnya dan tak mau disiksa dalam neraka karna keyakinannya bahwa surga itu tempat kenikmatan dan neraka tempat kesengsaraan, maka manusia berusaha mendapatkan surga dengan bertaruh, bersedia terikat oleh agama menahan diri untuk tidak melakukan yg dilarang agama, beribadah, sholat, puasa, bercapek-capek haji, karna punya opsesi keyakinannya akan keberadaan Allah beserta ridhoNya.

Apakah ada kemungkinan meleset keyakinannya? ya dilihat dari sisi pertaruhan, maka segala sesuatu mempunyai kemungkinan meleset, semisal seseorang yang ternyata memeluk agama yang bukan dari tuhan yg semestinya, yaitu tuhan yg asli, atau ternyata keyakinannya meleset dan yang mana keyakinan itu dijadikan dasar melakukan ibadah, otomatis ibadahnya dan pengorbanannya dan yg ditaruhkan untuk menggapai yang diinginkan sia-sia, disinilah tugas sebagai menusia meneliti keyakinannya sebelum dia bertaruh dan berkorban demi yg diyakini.

Bertaruh dalam Usaha
Dalam berusaha kita menginginkan uang atau suatu materi untuk hidup dengan nyaman dan nikmat, prinsip ekonomi telah diketahui bersama "dengan modal yg sekecil-kecilnya kita usahakan bagaimanapun caranya untuk mendapatkan untung yang sebesar-besarnya", kita rela mengeluargak modal agak besar karna mempunyai keyakinan sesuai pengetahuan dan pengalaman, akan mendapatkan untung yang lebih besar lagi, tetapi tidak mustahil ternyata los yang didapatkan, dengan perincian yg meleset dari perhitungan dll hal.

Orang tua menyekolahkan anaknya di kedokteran, dengan harapan kelak menjadi seorang dokter yang hidup dengan nyaman dan sejahtera, orang tuanya bisa membanggakan dan dielu-elukan tetangga karna kesuksesan menyekolahkan anaknya sampai dokter, tapi ada kemungkinan yang mengintip melesetnya hasil, dan tak jarang orang tua yang setres karna telah banyak berkorban dan ternyata hasilnya tak sesuai keinginan.

Bertaruh dalam cinta
Seorang lelaki mencintai seorang wanita, dia berani bertaruh dengan harapan akan mempersunting sang pujaan hati sebagai istri pendamping hidup, tak perduli dengan berapa uang yang dia korbankan, berapa waktu telah ditaruhkan, berapapun yg ditaruhkan baik moril maupun materil tak dihiraukan karna keyakinannya akan mendapatkan pujaan hati dan tak jarang para lelaki biadab hanya menginginkan kenikmatan sesaat dan tak mau bertanggung jawab membina rumah tangga, begitu telah berhasil melampiaskan nafsunya yg dia telah merasa bertaruh banyak hal untuknya, setelah itu dia hengkang dan tak mau tanggung jawab, demikian sebaliknya pula seorang wanita yg telah larut menginginkan seseorang yang diyakininya akan menjadi pelindungnya, bertaruh segala yg berharga yang dimilikinya, baik waktu penantian, perhatian di setiap hari bahkan mengorbankan sesuatu yg amat berharga pun dilakukan karna menginginkan sang pujaan hati menjadi pendamping hidupnya.

Maka ada kemungkinan mendapatkan apa yang diharapkannya, ada pula kenyataan kedua yang sangat tidak diharapkan, semuanya berpeluang fivety - fivety, sama separoh, semakin besar pengorbanan konon akan mendapatkan besar pula hasil yg dicapai, namun tak selalu benar adanya, terdapat kenyataan yang berbalik seratus delapan puluh derajat, ya sebelum segalanya usai, maka itulah yang dinamakan dengan ketetapan yang bersifat rahasia (gaib).

Ada perbedaan antara berkorban dan bertaruh, berkorban adalah merelakan sesuatu yang dianggap berharga atau bermanfaat untuk orang lain tanpa harapan yang lebih baik darinya, sedangkan bertaruh adalah merelakan sesuatu yg berharga atau manfaat kepada seseorang atau yg lainnya dengan mengharapkan sesuatu yang lebih dari yang dipertaruhkan.

Saya yakin pada saat ini saya sendiri dan pembaca sekalian sedang bertaruh, maka baik bagi seorang yang bertaruh untuk sesuatu agar mengevaluasi, kita sedang bertaruh apa untuk mendapatkan apa? bagaimana jika kita tidak mendapatkan harapan kita sementara yg kita pertaruhkan sudah ludes (rugi) misalnya? akankah kita kuat menerima kenyataan? atau kita akan jatuh tersesat bahkan setres ketika terjatuh?

Dalam islam diajarkan tijaroh yang sejati yg tidak bakalan kita jatuh rugi, kembali ini hanya bisa dilakukan bagi orang yg telah mempertaruhkan keimanannya untuk mempercayai islam sebagai Agama yang dia ikatkan dirinya kepada islam tersebut. Dan dalam islam tak ada yg sia-sia dalam pengorbanan atau pertaruhan, walau rugi dalam materi sekalipun, karna islam menilai proses dan memberikan pahala(walaupun bersifat abstrak) pada proses tersebut.

Siapa yg sedang bertaruh untuk anda? apa yg dia pertaruhkan? mengapa?
Apa yg sedang anda pertaruhkan? untuk siapa? dan untuk apa?
Sudahkan anda memberikan sesuatu yang sesuai harapan kepada orang yang bertaruh untukmu? jika belum akankah anda berikan? atau akankah anda mengecewakannya/menyia-nyiakan pertaruhannya?
Ibu anda mempertaruhkan nyawa untuk anda hidup, Ada ibu anda yang meninggal dan ada yg nyawanya masih hidup, ada pula yang keduanya meninggal dunia. itulah pertaruhan hidup

Wallahu a'lamu bishowab
By: Komarudin Evendi

No comments: