Friday, August 15, 2008

Indahnya Cinta ...

"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)."(Al-Imron: 14)


Allah menciptakan pada diri kita sebagai manusia rasa suka, atau biasa kita kenal kalau kita suka kepada seorang wanita bisa kita sebut dengan rasa 'Cinta', maka cinta adalah karunia dari allah SWT, tetapi seperti karunia Allah yang lain, cinta adalah amanah yang harus diarahkan kepada sesuatu yang tepat, cinta akan memberikan kesejukan, keindahan dan menjadi sesuatu yang teramat berharga apabila yang dititipkan kepadanya rasa cinta bisa mengatur anugrah cinta tersebut, tetapi juga sebaliknya apabila tidak mampun memanage cinta, maka tak ayal cinta akan berubah menjadi bencana dan segala sesuatu akan menjadi tidak enak dan negatif.

Sejuta artikel lebih telah ditulis membahas tentang cinta, bahkan ada sebagian orang yang menerjemahkan cinta menurut fersinya, cinta = cerita indah tanpa akhir, mungkin karna memang cerita atau kisah cinta selalu mampu menarik perhatian banyak orang, dan begitu laris film-film yang menceritakan tentang cinta, "tanpa cinta hampa lah hidup" demikian pendapat sebagian orang tentang cinta.

Apapun pendapat tentang cinta, kita tidak bisa menyalahkan atau fanatik yang paling benar, karna memang makna cinta tergantung pada siapa yang memandangnya, adapun yang kita sepakati cinta adalah suatu rasa suka yang ada didalam diri manusia kepada sesuatu yang dicintainya baik terlihat ataupun tidak terlihat dengan alasan atau tanpa alasan yang bisa di terima oleh banyak orang, maka dari 'gila' nya definisi cinta ini, ada orang bilang bahwa cinta itu buta, tapi jangan buta karena cinta, nah ini dia yang dikatakan tak mampu mengendalikan cinta, tetapi ada sebagian orang yang memang sengaja menceburkan diri dalam kubangan cinta, meneguk rasa indah dalam bercinta dan tak mau sadar darinya, tidak hanya sepasang kekasih yang sedang kasmaran antara lelaki dan wanita tetapi juga di kalangan para hamba Tuhan kepada Allah Tuhan yang dicintainya.

Mabuk cinta yang pertama (sepasang kekasih) adalah terdapat bahaya, dan cinta hamba kepada Allah adalah cinta sejati, namun ada pula yg menganggap keduanya terdapat manfaat dan bahaya, cinta kepada selain Allah yg didasari dengan kecintaan kepada Allah mengajak yang dicintainya untuk bersama mencintai Allah adalah cinta yang terkendali dan semestinya, demikian mengarahkan cinta dan ilmu memanagenya, cinta kepada robb dengan tanpa ilmu juga berbahaya, karna maksudnya mencintai tapi tidak tau cara dan ilmu yg benar maka akan membuat cara sendiri oleh sebab itu keduanya harus tau ilmu dan managenya.

Cinta dijadikan syarta sebagai salah satu kesempurnaan iman, "Demi Dzat yang jiwaku berada ditanganNYA, tidaklah beriman seorang hamba sebelum aku (nabi muhammad) lebih dicintai dari pada dirinya, kedua orang tuanya dan anak-anknya.(HR.Bukhori)"

Demikianlah peranan cinta tidak hanya berpengaruh dalam kehidupan didunia ini, bahkan mempengaruhi kehidupan akhirat nanti, karna urusan cinta sangat erat hubungannya dengan urusan iman.

Sebagian kita ada yang sedang dimabuk cinta, maka bisa kah kita bertanya kepada diri kita sendiri, adakah cinta kita kepada Allah dan rosulnya telah melebihi cinta kita kepada selainnya? Allah menerangkan pula dalam kitab yang muliya, bahwa harta benda dan anak adalah fitnah, tetapi apakah fitnah itu harus kita jauhi? tentu tidak, tetapi anak dan istri akan menjadi fitnah apabila kita mencintainya melebihi cinta kita kepada Allah dan Rosulnya, oleh sebab itu demi cinta kita kepada Allah dan Rosulnya, hendaknya kita mencintai dan menyayangi anak dan istri kita untuk mencintai Allah dan RosulNYA pula, maka ini lah yg dimaksud mampu mengendalikan cinta dan memanage cinta tersebut.

Ketika kita telah mencintai Allah dan Rosulnya, kemudian kita memiliki anak dan istri, maka kita pun tak mau anak dan istri kita lalai dari mencintai Allah, karna akibat dari kelalaian mencintai Allah dan Rosulnya sangat berbahaya yaitu ketiadaannya iman, tetapi ketika kita lihat istri dan anak kita begitu mencintai Allah, maka akan menjadi keniscayaan jika Allah menghendaki, kita pun akan semakin cinta dan dekat kepada Allah, demikian pula sebaliknya.

Keuntungan mencintai Allah dan rosulnya sangat besar dalam kehidupan sehari-hari, baik hubungan kepada sesama makhluk ataupun kepada kholik, karna cinta Kepada Allah menganjurkan cinta pula dan menyayangi pula kepada saudara kita, "tidak beriman seseorang diantara kamu sampai kalian mencintai saudaranya sebagaimana cintanya kepada dirinya sendiri"(hadits dari Anas RA)

Duhai saudaraku sekalian, rasakan betapa besar manfaat cinta kita kepada Allah dan RosulNYA, sebagian nasihat dari para pecinta, agar timbul rasa cinta kita kepada sesuatu maka kita harus mengenal yang kita cintai "tak kenal maka tak sayang tak sayang maka tak cinta" demikian pepatah bilang, untuk mengenal Allah dan Rosulullah maka tak ayal kita harus membaca literatur yang menerangkan tentang Allah dan Rosulnya yaitu kitap pokok kita Al-qur'an dan hadits, dari sana kita dapat rasakan betapa cinta Allah kepada kita, saat kita hadir di majlis dzikir karna terpaksa hanya diajak teman karna gak enak ama teman saja kita akan ikut diampuni dosa kita oleh Allah, ketika rosulullah mau meninggal dunia sesuatu yg ditanyakan kepada jibril, berita apa yg bisa membuat rosul lega, jibril mengkabarkan tempat dan sambutan penduduk surga, tapi beliau belum bisa tersenyum, begitu beliau dikabarkan tentang umatnya, yg pertama kali masuk surga beliau baru tersenyum bahagia dan lega, bahkan saat merasakan sakitnya sakaratul maut beliau menyuruh malaikan memohon kpada Allah agar rasa sakit saat sakaratul maut untuk dikurangi pada diri umatnya dan ditimpakan kepada beliau, mana mungkin tanpa adanya cinta beliau kepada kita, hal itu dilakukan beliau. demikian cintanya beliau kepada ummat beliau sampai melakukan hal tersebut.

wallahu a'lamu bishowab.
By: Komarudin Evendi

No comments: