Monday, April 7, 2008

Teropong Timur Tengah..

"Jika anda ingin tau siapa, bagaimana dan dimana anda berada maka berhijrahlah" pepatah arab mengutip "safir tajid iwadhon 'an man tufariqhu, ini roaitu wukufal ma' in saala toba wa in lam yajri lam yatib(ber musafirlah niscaya engakau akan mendapatkan apa yang engkau tinggalkan, sesungguhnya aku memperhatikan keberadaan air, jika dia mengalir akan menjadi baik, dan bila dia tidak mengalir dia tiak menjadi baik atau membawa kebaikan"

Sebelum pergi dari negri kita, kita sedikit tahu tentang lingkungan kita berada, kampung dimana kita tinggal, sebagai apa kita, bahkan terkadang kita merasa jagoan di kandang kita, namun setelah kita berhijrah, katakanlah ke jakarta (tentu yang kampungnya bkn jakarta) dia akan tahu bagai mana ketinggalannya kehidupan pedesaan dia berada, atau betapa sepi dan tenangnya kehidupan perkampungan dibandingkan bisingnya jakarta, atau betapa baiknya suasana persaudaraan kampung kita dibandingkan kejamnya ibu kota, dan berbagai macam pandangan demikian pula sebaliknya yang berhijrah dari jakarta ke pedesaan akan memiliki pandangan yang berbeda, terlepas negatif atau positif tergantung yang menjalani dan penilaiannya, yang jelas dengan hijrah(pindah/keluar rumah) akan tau kondisi tempat dia berpijak dan kondisi di luaran sana.

Demikianlah yang kualami bersama beberapa temanku yang bernasib tak jauh beda sebagai pekerja 'pahlawan devisa negara', nama yang keren padahal aslinya adalah TKI ha ha ha, tapi demikian lah para calok dan depnaker memuji untuk memberi semangat para pekerja luar negri ini. Awalnya aku dan temanku menganggap bahwa negara muslim yang terkenal sebagai tempat lahirnya Nabi Muhammad yang membawa islam sebagai rahmatan lil 'alamin konon berhukum islam, tentunya akan hidup damai bernuansa islam dan indah bersama keindahan akhlak dan ilmu seperti ajaran yang di bawa oleh baginda Rosulullah, dan cerita ketawadu'an para sahabat Rosulullah, ketegasan hukum islam dan keadilannya yang mewangi di negeriku. Namun kebodohan orang yang belum pernah keluar dari kandang seperti saya dan temanku membuat kami nurut dan percaya dengan janji si orang Arab dan agen pjtki yang memberangkatkan kami dengan imin-imingnya bahwa di sana(baca:Arab saudi) kerjanya 8 jam dan ada libur sehari dalam seminggu dengan gaji 800 real bersih(makan di jamin kafil), itu janji si Orang Arab yang diterjemahkan salah seorang dari karyawan pjtki yang memberangkatkan kami. Sesampai di Negara Gurun Pasir ini apa yang kita bayangkan semuanya berbalik 180 derajat, betapa tidak kawan..
Kami harus bekerja 12 jam(duabelas Jam) dalam sehari tanpa adanya libur sama sekali, dengan gaji 800 real itu kotor, padahal kesepakatan negara kita itu adalah gaji pembantu perempuan. Belum lagi konon berjamaah lima waktu sehari akan kita nikmati, tapi itu tidak kita dapatkan karna harus bekerja, hari jum'at saja salah satu harus jaga di reseptionist. "Keadaan itu masih beruntung" kata senior kami yang sudah lebih dulu tinggal di sini, "banyak berpengalaman dari kami, karna banyak kondisi yang lebih parah dari itu, orang bangladesh dengan ongkos kurang lebih 10.000 real (atau kurang lebih 25 juta rupiahan) mereka disuruh nyari kerja sendiri, dan dengan gaji yang berfareatif, antara 300 real sampai 500 real, itu kenyataan akibat ulah para orang saudi yang menampungnya" tutur temenku tadi, dan itu di benarkan oleh orang saudi sendiri yang bekerja satu perusahaan denganku.

Pada suatu hari aku melihat seorang saudi menyewa hotel besar yang berisi dua kamar, satu dapur dan ruang tamu beserta satu kamar mandi, terdapat keluarga besar dengan seorang ibu tua dan tiga orang gadis remaja yang sedang kuliah dan seorang anak laki-laki berumur belasan, satu pembantu dari hindia bekerja dengannya, temanku menyelidikinya dan ternyata pembantu itu hanya di gaji 400 real perbulan, dan yang lebih menyedihkan aku melihat sendiri pembantu itu di pukul mukanya dengan sandal oleh anak laki-lakinya yang masih berumur belasan taun tadi, sungguh pemandangan yang mengilukan, tak terbayang kesehariannya di dalam keluarga yang seperti itu, dan itu tidak sedikit yang bernasib sama, konon mereka terpaksa bertahan karna ketika berangkat mereka terbelit hutang, dan ketika kabur sangat beresiko besar, melapor ke Kedutaan tidak berarti banyak bahkan akan menambah penderitaan, karna seolah kedutaan telah memihak para Jahiliyah itu.

Salah satu keengganan penduduk amerika terhadap mempelajari islam sebagai mana di kemukakan beberapa muallaf dari negara paman sam itu adalah, karena islam identik dengan arab, dan kebudayaannya yang jahiliyah tak mencerminkan keramaahan, kearoganannya terhadap bangsa lain (aku tak berani menyalahkan karna kami pun seolah dianggap budak), kebudayaan itu benar-benar berbeda dengan risalah nabi yang pernah aku dengar ketika di negaraku(indonesia), seperti muallaf amerika itu aku memahami betapa indahnya islam dan yang jauh dengan budaya arab. Para pelaku harami (buruk akhlak) itu tak lain hanya mengotori nama baik islam, demikian secara penilaian kasarnya.

Mengapa Saudi bisa menjadi demikian?
Dulu Makkah madinah dan kota beserta negara-negara arab dikuasai oleh islam yang berlandaskan sistem islam, daarul islam dengan pemerintahan khilafah, pada masa nabi muhammad para sahabat dan dilanjutkan para tabi'in adalah dengan sistem khilafah, bagaimana sekarang Saudi arabia menjadi kerajaan, bersistem bukan lagi khilafah? apa yang terjadi dengan negara islam dan siapa sebenarnya Saudi arabia??

Untuk menjawab semua pertanyaan itu, aku tak memiliki banyak ilmu dan pengetahuan tentangnya, namun sedikit informasi tentangnya berada di artikel link berikut ini :
http://endyen.blogspot.com/2008/04/keluara-saud-ketrunan-yahudi.html

No comments: