Sunday, December 23, 2007

Mati konyol apa sahid?


Maut atau kematian hiii ngeri ngedengarnya.. siapa yang dah siap? Pasti jarang yang mau duluan. Tidak ada orang yang tahu kapan kita akan ke sana, bisa jadi anda duluan atau bisa jadi saya belakangan :) "wah curang itu sama aja saya saya juga yang duluan" sahut temen saya. Begitulah mati tak seorangpun tahu kapan akan menjemput dirinya dan kata rosul orang yang paling cerdas itu yang selalu inget mati, dan mati itu nasehat paling bijaksana untuk manusia yang hidup.
Seorang penumpang bus kecopetan di suatu terminal bus, dia berteriak-triak minta tolong sambil menunjuk-nunjuk kearah pencopet yang lari jauh di sebrang jalan raya dan hilang berbelok di tikungan gang sempit. Orang-orang yang ada di sekitar kejadian tak banyak yang merespon, termasuk orang yang berpapasan dengan sang copetpun tak bergeming untuk mencegat dan menangkap si copet, beberapa hanya berpura-pura bertanya kepada penderita kecopetan "mana copetnya bu??" tak lebih sekedar basa-basi dan menghambat langkah ibu yang tak berdaya mengejar sang copet. Kenapa demikian kejadiannya seolah tak ada lagi nurani di hati orang-orang itu? diantara mereka beralasan, orang disitu tahu semua bahwa sang brandalan copet tersebut mempunyai banyak komplotan, dan kalau kita sok jadi pahlawan menolong penderita, justru kita yang akan di hajar habis bisa jadi mati konyol.
Kalimat mati konyol diatas tidaklah pantas diucapkan bagi siapapun yang berani berbuat kebajikan, termasuk menolong sang penderita kecopetan atau ketika kita melawan pemerasan dan kejahatan dimanapun kita berada, tapi sayang yang mempunyai keberanian untuk itu hanya segelintir orang, itu terjadi tidak hanya dalam kehidupan bermasyarakat di terminal atau di pasar-pasar (pedagang yang selalu memberi upeti kepada preman demi keamanan dagangannya), namun hal itu sekarang terjadi di parlemen kita di badan legislatif kita dari tingkat tinggi sampai pada tingkat bawah, bahkan internasional yang membiarkan satu negara ditindas oleh negara lain yang jelas-jelas penderita tidak bersalah dan penindas sewenang-wenang bertindak layaknya preman(dalam pandangan saya serangan AS ke Irak dg tuduhan irak menyimpan bom nuklir tak beralasan) sementara negara lain diam menjadi penonton dan ketakutan membela karna takut malah jadi sasaran berikutnya.
Entah bagaiman seharusnya yang kita lakukan sebagai rakyat kecil, sebagai penduduk biasa atau sebagai pemerintah yang memerintah negara kecil dan lemah menanggapi hal tersebut. Hidup kita memang tidak untuk kita sendiri, karna di belakang kita banyak yang mengharapkan dan membutuhkan keberadaan kita, anak istri ibu bapak kakak teman perusahaan sekolahan bahkan bangsa kita mungkin masih mengharap keberadaan kita, itulah pertimbangan banyak orang ketika ingin bergerak membela kebenaran.
Namun salut acungan jempol bagi para pemberani yang mempunyai keyakinan bahwa maut atau ajal tak satu orangpun tahu, tak bisa diundur atau dimajukan sedetikpun, jadi kenapa harus takut mati membela kebenaran yang nyata dihadapan kita itu? toh nilai matinya adalah sahid dan kalu membiarkannya dan waktu ajal menjemput dia akan tetap mati, bernilai mati nganggur dan kalau catatan ajalnya belum mati saat membela kebenaran itu walaupun seribu preman mengeroyok dia, dia akan tetap selamat. Baik juga untuk para pemikir yang berniat memberantas hal tersebut, karna belum punya kemampuan, sehingga mempersiapkan dengan kelompoknya atau melaporkan kepada pemilik power, dengan segala kemampuan dan usahanya dia berusaha mengikis hal tersebut. Kesedihanku terhadap yang menanggapinya dengan membiarkan, cuek dan menganggap hal itu adalah wajar karna jaman memang sudah begini, tak tergugah hatinya atau yang lebih parah bergabung dan mengikuti jejak premanisme itu, selemah-lemahnya iman adalah benci keburukan dan berdoa agar menjadi baik.
Mau takutnya bagaimana, lari kemana saja, segala sesuatu itu akan mati kecuali Allah, entah dimana kapan dalam keadaan bagai mana hanya Allah yang maha mengetahui ajal kita semua, tinggal kita berusaha sekuat mungkin bagaimana mati kita nanti menjadi mati yang bagus atau syahid atau khusnul khotimah, bukan mati konyol alias sia-sia lebih celaka kalau mati su'ul khotimah (nauzhubillah min zdalik). (endyen)

No comments: